Seminar Nasional : Pendidikan Ramah Anak dan Sekolah Inklusi



Bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Padang, Psikologi Universitas Andalas (Unand) sukses menggelar Seminar Nasional bertemakan “Pendidikan Ramah Anak dan Sekolah Inklusi” bersama Dosen Psikologi Universitas Indonesia Prof Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed Psikolog. Bertempat di Ballroom Basko Hotel, seminar yang digelar Jumat (26/9) ini diselenggarakan dalam rangka memeriahkan Lustrum I Psikologi Unand.


                Acara yang dimulai pukul 08.30 WIB ini dihadiri oleh para dosen, guru, masyarakat umum, dan mahasiswa. Turut hadir juga Sekretaris Kota Padang, Rektor Unand , Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang, Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Unand serta para pengajar dan staff Psikologi Unand.
                Sekretaris Kota Padang mewakili Walikota Padang dalam kata sambutannya menuturkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan tunagrahita seharusnya mendapatkan perhatian serta pendidikan yang layak, “Melalui pendidikan inklusi sudah selayaknya anak yang mempunyai kebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak-anak lain pada umumnya. Mereka juga memiliki kesempatan untuk menuntaskan wajib belajar sembilan tahun karena bagaimanapun mereka merupakan generasi penerus bangsa,” paparnya.
                Dilain sisi, rektor Unand Dr H Werry Darta Taifur, SE MA dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada Psikologi Unand yang telah menginjak usia ke lima, “Atas nama pimpinan Unand, selamat merayakan hari jadi yang ke lima untuk Psikologi, dan saya sangat apresiasi karena diumur yang masih muda sudah mampu menghadirkan acara yang sangat bermanfaat ditengah-tengah masyarakat. Semoga dari tahun ke tahun dapat menjadi lebih baik dan dapat memberikan yang terbaik untuk sekitar,” ujarnya.
                Sebelum dimulainya pemberian materi oleh narasumber ada hal yang menarik perhatian, yakni penampilan musik tradisional minangkabau yang dimainkan oleh anak berkebutuhan khusus dari SLB Negeri Padang, meskipun mempunyai keterbatasan mereka mampu memikat perhatian seluruh isi ruangan dengan penampilan yang luar biasa.
                Ada dua materi yang disampaikan, materi pertama disampaikan oleh Dr. Siti Nurhadijah, M.Si. M.Ed. Dalam penyampaian materinya ia menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus bukan saja anak yang terlahir dengan cacat fisik, tapi juga cacat mental, “Anak berkebutuhan khusus tidak hanya anak yang cacat secara fisik tapi juga mental, mereka yang berkebutuhan khusus akan sering memperlihatkan perilaku yang janggal. ABK dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik, lingkungan, dan budaya bisa juga terjadi karena pengaruh obat-obatan dan infeksi kehamilan pada saat proses kehamilan terjadi,” jelas dosen Fakultas Kedokteran Unand ini.
                Materi kedua disampaikan langsung oleh Prof Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed Psikolog, materi yang disampaikan terkait dengan sekolah inklusi dan pendidikan yang ramah anak,”Anak-anak yang membutuhkan perlakuan khusus juga dapat menikmati pendidikan sebagaimana anak-anak normal pada umumnya, dimana mereka dapat ditempatkan disekolah inklusi, dibalik kekurangannya mereka mempunyai potensi yang dapat dkembangka,tidak hanya kesehatan dan kesejahteraan tapi kita juga harus memperhatikan pendidikannya” ungkapnya. Pendidikan yang ramah anak juga perlu diterapkan, maksudnya memperhatikan berbagai aspek demi kelancara proses pendidikan,”Untuk anak berkebutuhan khusus keberadaan Guru Pendamping Khusus (GPK) diperlukan untuk mengontrol dan membantu ABK ketika ia berada dalam lingkungan dan proses pembelajaran,” tambahnya.
                Salah satu panitia acara Rahmiwati, mengungkapkan kesetujuannya akan keberadaan sekolah inklusi bagi ABK,”mereka juga berhak mendapatkan pendidikan yang pantas, tidak seharusnya kita membeda-bedakan karna mereka punya potensi luarbiasa. Berada disekolah umum membuat mereka bisa saling berbagi, dan anak normal pun dapat belajar arti menghargai dari mereka,”ungkapnya.
                Melalui seminar ini banyak para peserta yang mendapat pengetahuan baru, salah satunya Enita guru Sekolah Dasar Bungus, Teluk Kabung “sebagai pendidik saya sangat terbantu, terutama dalam cara membimbing anak dalam proses pembelajaran, karna ternyata kita juga harus menyesuaikan dengan kemampuan atau keadaan anak. Masih banyak yang belum mengetahui mengenai sekolah inklusi ini, semoga kedepannya masih ada acara-acara seperti ini apalagi bagi kami yang berada dipinggran kota juga butuh perhatian mengenai pendidikan yang baik,” harapnya.(Yori Andriani)

Comments